Haloo.. selamat Pagi Indonesiaku. Masih tetap semangat
dengan terik mentari tanah air kita Indonesia. Saat ini akan jalan-jalan lagi
nih. Jalan-jalan yang lalu kita sudah menelusuri Kota Ponorogo. Sekarang kita
akan ke tengah-tengah pulau Jawa, tepatnya di daerah Magelang.
Masyarakat Magelang memiliki satu kesenian khas warisan
budaya asli Magelang Jawa Tengah, yaitu kesenian Topeng Ireng. Ingin tahu lebih
jelasnya? Ayo kita kulik bareng-bareng, apa dan bagaimana sih Kesenian Topeng
Ireng Kita dari Magelang ini… Let’s go…
Sejarah Topeng Ireng
Berdasarkan cerita yang beredar di masyarakat, kesenian
Topeng Ireng mulai berkembang di tengah masyarakat lereng Merapi Merbabu sejak
zaman penjajahan Belanda dan dilanjutkan perkembangannya tahun 1960-an.Pada
saat zaman Pemerintahan Belanda, pemerintah jajahan pada masa lalu melarang
masyarakat berlatih silat sehingga warga mengembangkan berbagai gerakan silat
itu menjadi tarian rakyat[3]. Tarian itu diiringi dengan musik gamelan dan
tembang Jawa yang intinya menyangkut berbagai nasihat tentang kebaikan hidup
dan penyebaran agama Islam. Setelah itu perkembangan Seni Pertunjukan Topeng
Ireng berkembang apabila umat Islam membangun masjid atau mushola, sebelum
mustaka (kubah) dipasang maka mustaka tersebut akan diarak keliling desa. Kirab
tersebut akan diikuti seluruh masyarakat disekitar masjid dengan tarian yang
diiringi rebana dan syair puji-pujian. Dalam perjalanannya kesenian tersebut
berkembang menjadi kesenian Topeng Ireng.
Asal muasal nama Topeng Ireng
Nama Topeng Ireng sendiri berasal dari kata Toto Lempeng
Irama Kenceng. Toto artinya menata, lempeng berarti lurus, irama berarti nada,
dan kenceng berarti keras. Oleh karena itu, dalam pertunjukan Topeng Ireng para
penarinya berbaris lurus dan diiringi musik berirama keras dan penuh semangat.
Tarian ini sebagai wujud pertunjukan seni tradisional yang memadukan syiar
agama Islam dan ilmu beladiri atau pencaksilat. Tak heran, Topeng Ireng selalu
diiringi dengan musik yang rancak dan lagu dengan syair Islami.
Selain sebagai syiar agama Islam, pertunjukan Topeng Ireng
juga menggambarkan tentang kehidupan masyarakat pedesaan yang tinggal di lereng
Merapi Merbabu. Dari gerakannya yang tegas menggambarkan kekuatan fisik yang
dimiliki oleh masyarakat desa saat bertarung maupun bersahabat dengan alam guna
mempertahankan hidupnya.
Sebelum dikenal dengan nama Topeng Ireng, seni pertunjukan
ini dikenal dengan nama kesenian Dayakan. Hal ini bukan tanpa alasan, nama
Dayakan ini didasarkan pada kostum yang digunakan oleh para penari. Busana
bagian bawah yang digunakan oleh para penari menyerupai pakaian adat suku
Dayak. Sekitar tahun 1995, kata Dayakan dinilai mengandung unsur SARA, kemudian
kesenian ini diubah menjadi kesenian Topeng Ireng. Namun, sejak tahun 2005 nama
Dayakan dipopulerkan lagi sehingga menjadikan kesenian ini dikenal dengan dua nama,
Topeng Ireng dan Dayakan.
Ketertarikan Pada Topeng Ireng (ciri khas Topeng Ireng)
Daya tarik utama yang dimiliki oleh kesenian Topeng Ireng
tentu saja terletak pada kostum para penarinya. Hiasan bulu warna-warni serupa
mahkota kepala suku Indian menghiasi kepala setiap penari. Senada dengan
mahkota bulunya, riasan wajah para penari dan pakaian para penari juga seperti
suku Indian. Berumbai-rumbai dan penuh dengan warna-warna ceria. Sedangkan
kostum bagian bawah seperti pakaian suku Dayak, rok berumbai-rumbai. Untuk alas
kaki biasanya mengenakan sepatu gladiator atau sepatu boot dengan gelang
kelintingan yang hampir 200 buah setiap pemainnya dan menimbulkan suara riuh
gemerincing di tiap gerakannya.
Setiap pertunjukan Topeng Ireng akan riuh rendah diiringi
berbagai bunyi-bunyian dan suara. Mulai dari suara hentakan kaki yang
menimbulkan bunyi gemerincing berkepanjangan, suara teriakan para penari, suara
musik yang mengiringi, hingga suara penyanyi dan para penonton. Musik yang
biasa digunakan untuk mengiringi pertunjukan Topeng Ireng adalah alat musik
sederhana seperti gamelan, kendang, terbang, bende, seruling, dan rebana.
Alunan musik ritmis yang tercipta akan menyatu dengan gerak dan teriakan para
penari sehingga pertunjukan Topeng Ireng terlihat atraktif, penuh dengan
kedinamisan dan religiusitas. Biasanya penarinya terdiri dari 10 orang atau
lebih dan membentuk formasi persegi atau melingkar dengan gerak tari tubuh yang
tidak terlalu kompleks. Para penari juga terlihat sangat ekspresif dalam
membawakan tariannya.
Tarian Topeng Ireng sebenarnya mudah untuk dipelajari karena
gerakannya yang sederhana. Tidak ada gerak tubuh yang rumit, karena yang
menjadi poin utama dari tarian ini adalah kekompakan. Semakin banyak penari
yang turut serta, maka semakin indah kolaborasi yang tercipta. Berhubung Topeng
Ireng diciptakan sebagai kolaborasi antara syiar agama Islam dan ilmu pencak
silat, tarian para penarinya juga berasal dari gerakan-gerakan pencak silat
yang telah dimodifikasi sedemikian rupa.
Satu lagi yang menjadi keistimewaan tarian Topeng Ireng
dibandingkan kesenian rakyat lainnya adalah gerakannya yang tidak monoton. Dari
waktu ke waktu inovasi baru selalu dilakukan dalam tiap pertunjukan Topeng
Ireng. Pengembangan unsur-unsur artistik dan koreografi dilakukan supaya
penontonnya tidak mengalami kebosanan sekaligus untuk menarik minat kaum muda
agar mau bergabung menjadi anggota kelompok Topeng Ireng.
Pertunjukan Topeng Ireng sendiri terbagi menjadi dua jenis
tarian. Yang pertama adalah Rodat yang berarti dua kalimat syahadat. Tarian ini
ditampilan dengan gerakan pencak silat sederhana serta diiringi lagu-lagu syiar
Islami. Jenis tarian lainnya adalah Monolan yang melibatkan penari dengan
kostum hewan. Tarian ini melibatkan unsur mistik serta gerak pencak silat
tingkat tinggi. Durasi pertunjukan Topeng Ireng sangat fleksibel, tidak ada
peraturan khusus mengenai lamanya tarian. Penampilan para penari bisa dibuat 15
menit, 10 menit, bahkan 5 menit saja.
Pementasan Topeng Ireng
Sebagai seni pertunjukan rakyat, pertunjukan Topeng Ireng
biasanya dilaksanakan ketika sedang ada acara tertentu semisal upacara bersih
desa, kirab budaya, festival rakyat, maupun acara-acara seni tradisi dan budaya
lainnya. Tempat dilangsungkannya pertunjukan ini tidak menentu. Namun, daerah
yang paling banyak menampilkan pertunjukan Topeng Ireng adalah desa-desa yang
terletak di lereng Merapi Merbabu, Jawa Tengah; dan hingga saat ini
kesenian Dayakan ini telah berkembang di Kebumen, Jawa Tengah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar